Rahsia
Malam Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah merupakan
satu hadiah Allah kepada kita, umat Nabi Muhammad s.a.w. Lailatul Qadar adalah
makhluk Allah. Ia adalah malam yang paling tinggi kedudukannya dalam Islam,
diikuti oleh malam Nisfu Syaaban. Malam ini diturunkan atau dijadikan Allah
untuk meningkatkan kedudukan atau pangkat manusia kerana siapa yang bertemu dengannya dalam keadaan melakukan
apa jua ibadat atau memikirkan kebesaran Allah, dia mendapat pahala seperti
beribadat selama 1000 bulan atau 84 tahun.
Al-Qadr [3] Malam
Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
Namun siapa yang tidak bertemu dengannya, dia tetap
mendapat pengampunan daripada Allah asalkan dia berusaha untuk mendapatkannya.
Tidak ada ruginya sesiapa yang
mencari Lailatul Qadar samada dia mendapatnya atau tidak, dia tetap beruntung.
“Sesiapa yang
menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan
pahala, maka diampunkan baginya dosa yang telah lepas dan sesiapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala,
maka diampunkan baginya dosa yang telah lepas.” Riwayat Bukhari
dan Muslim
Lailatul Qadar adalah satu
suasana, iaitu suasana yang sepi.
Walaupun ada ulama berpendapat ia
bermula selepas waktu Maghrib, namun ada yang berpendapat ia adalah sepertiga
akhir malam, kerana selepas waktu inilah suasana sepi malam mula terasa,
misalnya sekitar jam 3.30 pagi. Malam itu tidak panas dan tidak sejuk dan pada
paginya matahari naik tidak banyak cahayanya kerana banyak malaikat turun naik
pada malam itu:
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:“Malam
al-Qadar adalah malam yang indah penuh kelembutan, cerah, tidak panas dan tidak
juga dingin. Manakala pada keesokan harinya sinar mataharinya
kelihatan melemah kemerah-merahan.” (Hadis Riwayat ath-Thayalisi (394), Ibnu
Khuzaimah (3/231), al-Bazzar (1/486) dan sanadnya hasan)
“Pagi hari (setelah) Lailatul
Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan (tanpa sinar), seakan-akan ia bejana
sehinggalah ia meninggi.” (Hadis riwayat Muslim (762))
Majoriti ulama berpendapat ia
berlaku pada bulan Ramadahan, walaupun ada sahabat yang bertemu dengannya di
luar Ramadhan. Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil 10 malam
terakhir. Rasulullah s.a.w. sebenarnya telah mendapat tahu dari
Malaikat Jibril tentang bilakah malam Lailatul Qadar, namun belum sempat
Baginda hendak memberitahu sahabat,
Baginda terlupa kerana melihat dua
orang sahabat sedang bertengkar.
“Aku keluar untuk mengkhabarkan
kepada kamu berkenaan Lailatul Qadar, tetapi ada dua orang sedang berselisih
sehingga pengetahuan berkenaannya tidak diberikan. Mudah-mudahan ini lebih baik
bagi kamu, carilah di malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain, pada malam ke
tujuh, sembilan dan lima).” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/232))
Berdoalah agar dipertemukan dengan
Lailatul Qadar. Allah akan beri hadiah yang besar kepada mereka yang mencarinya
dan ia juga adalah satu hadiah. Allah akan pertemukan mereka yang mencarinya,
hargailah malam ini. Sekirnya bertemu dengannya, berdoalah seperti yang diajar
oleh Rasulullah kepada Aisyah r.a. Siti Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi s.a.w.
tentang doa apakah yang perlu diminta jika bertemu Lailatul Qadar. Jawab
baginda bacalah “Allahumma innaka ‘afuwwun karim, tuhibbull ‘afwa ,
fa’fu ‘anni, seperti yang selalu dibaca selepas sembahyang terawih.
Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha bahawa dia bertanya, “Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku
mendapat Lailatul Qadar (mengetahui terjadinya), apa yang mesti aku ucapkan?”
Beliau menjawab,“Ucapkanlah, Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang
yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi (3760),
Ibnu Majah (3850) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Sanadnya sahih)
Pendapat KH Arwani
Faishal
Malam Lailatul Qodar dan Bila
Lailatul Qadar itu ?
Sudah sering kita dengar istilah
Lailatul Qadar, bahkan selalu lekat dalam ingatan. Namun demikian, nyatanya
kita tidak akan pernah mengenal hakikat Lailatul Qadar itu sendiri, lantaran
masalahnya amat ghaib. Pengetahuan kita terbatas hanya pada apa yang telah
ditunjukkan di dalam berbagai nash, baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah serta
interpretasinya.
Secara etimologis, “lailah” artinya
malam, dan “al-qadar” artinya takdir atau kekuasaan. Adapun secara
terminologis, dapat kita coba dengan cara mengamati ayat berikut ini :
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami telah
menurunkannya (Al Qur’an) pada malm kemuliaan (Lailatul Qadar)” (QS Al-Qadar
(97):1)
Dari pernyataan bahwa Al-Qur’an
tersebut diturunkan pada saat Lailatul Qadar, dapat kita tangkap pengertian,
yakni; pertama , Lailatul Qadar merupakan dari suatu malam, saat diturunkan
Al-Qur’an secara keseluruhan. Walhasil, Lailatul Qadar itu terjadi hanya satu
kali, tidak sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi keagungan dan keutamaannya itu
diabadikan oleh Allah SWT untuk tahun-tahun berikutnya.
Tegasnya, Lailatul Qadar yang ada
sekarang ini, hanyalah semacam hari peringatan yang memiliki berbagai
keistimewaan yang sangat luar biasa.
Kedua, Lailatul Qadar merupakan
sebutan dari suatu malam pada setiap bulan Ramadhan, yang dahulu kala pernah
bersamaan dengan peristiwa diturunkannya Al Qur’an secara keseluruhan.
Kedua pengertian tersebut di atas,
merupakan hasil analisa yang boleh jadi dapat diterima oleh semua pihak,
lantaran sama sekali tidak mengingkari keutamaan Lailatul Qadar. Sedangkan
hakikatnya hanyalah Allah SWT yang mengetahui. Sementara lailatul Qadar itu
sendiri, dalam sebuah ayat dinyatakan sebagai Lailah Mubarakah (ةalam kebaikan).
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا
كُنَّا مُنذِرِينَ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya
(Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.”(Q.S Ad Dukhaan (44):3)
Dalam masalah ini, para Muffasir
menjelaskan bahwa Lailatul Qadar itu adalah saat diturunkannya Al-Qur’an secara
keseluruhan dari Lauhul Mahfuzhke Baitul’Izzah, sebelum diwahyukan kepada
Rasulullah SAW secara berangsur. Olah sebab itu, tidaklah dapat disamakan
antara Lailatul Qadar dengan Nuzulul Qur’an atau turunnya ayat pertama
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
Betapa mulia dan begitu istimewanya
Lailatul qadar itu, sebagai rahmat dan nikmat Allah SWY bagi seluruh ummat
Muhammad. Sehingga tak satupun dari kita yang tak suka jika mampu meraihnya.
Dan wajar pula, jika malam jatuhnya Lailatul Qadar itupun selau dipertanyakan,
bahkan nyaris selalu menimbulkan perselisihan pendapat.
Kapan Lailatul Qadar?
Menurut suatu pendapat ; Lailatul
Qadar itu jatuh pada malam ke 27 setiap bulan Ramadhan. Sebagaimana Sabda
Rasulullah SAW:
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا، فَلْيَتَحَرِّهَا فِي
السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Siapapaun mengintainya maka
hendaklah mengntainya pada malam ke dua puluh tujuh.” (HR. Ahmad dari Ibnu
‘Umar)
Sementara menurut pendapat yang
lain; perintah Rasulullah SAW untuk mengintai pada malam ke 27 itu, bukan
merupakan suatu kepastian bahwa Lailatul Qadar akan terjadi pada malam itu.
Akan tetapi hanya sebagai petunjuk, bahwa pada malam itu memang kemungkinan
besar akan terjadi. Terbukti dengan permyataan Rasulullah SAW sendiri dalam
hadist yang lain.
أخْبَرَنَا رسول الله صلى الله عليه و سلم عن لَيْلَةِ
الْقَدْرِقال : هي
في رمضان في العشر الأواخر ، في إحدى و عشرين أو ثلاث و عشرين أو خمس و عشرين أو
سبع و عشرين أو تسع و عشرين أو في آخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ
“Rasulullah SAW telah memberitakan
kepadaku tentang Lailatul Qadar. Beliau bersabda: “Lailatul Qadar terjadi pada
Ramadhan; dalam sepuluh hari terakhir. Malam dua puluh satu, dua puluh tiga,
dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan atau ,malam terakhir.”
Adapun yang dimaksud dengan malam
terakhir dalam hadts di atas, tentunya jika sebulan
Ramadhan itu hanya 29 hari.
Sehingga malam yang ke 29 otomatis merupakan malam terakhir.
Dengan demikian, menurut kami
pendapat yang kedua ini jauh lebih dasarnya ketimbang pendapat pertama.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa; jatuhnya Lailatul Qadar itu sama
sekali tak dapat ditentukan secara pasti. Lantaran perupakan rahasia Allah SWT.
Lailatul Qadar yang agung
itu—sebagaimana jawaban terdahulu sangantlah ghaib malam jatuhnya.
Namun demikian, Rasulullah SAW
telah memberi petunjuk kepada ummatnya bahwa jatuhnya itu di antara malam-malam
ganjil pada sepuluh hari Ramadhan terakhir. Maka tidak mustahil, jika diantara
hari-hari itu setiap tahunnya akan berubah-ubah, sebagaimana dapat dicerna pula
dari berbagai hadits yang berbeda-beda penjelasannya.
Kemungkinan berubah-ubah tersebut,
jika dimaksudkan bahwa Lailatul Qadar itu merupakan sebutan dari suatu malam
pada setiap bulan Ramadhan yang dahulu kala pernah bersamaan dengan peristiwa
diturunkannya Al-Qur’an secara keseluruhan. Adapun jika dimaksudkan bahwa,
Lailatul Qadar hanya semacam hari peringatan, maka tidak mungkin jatuhnya
Lailatul Qadar itu akan berubah, bahkan sampai kiamat nanti.
Selain itu, nampaknya perlu kita
sadari pula, bahwa tidak adanya kepastian pada malam tertentu tentang jatuhnya
Lailatul Qadar ini, justru banyak membawa hikmah yang antara lain, untuk
mandapatkan keutamaan dan berkah dari saat turunnya Lailatul Qadar itu, kaum
Muslimin tidak hanya dengan bertekun ibadah semalam saja. Akan tetapi harus
selama 10 malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW
beserta keluarganya.
Pencarian lailatul qadar
KITA sudah pun berada dalam sepuluh
hari-hari terakhir Ramadan yang dirindui oleh para kekasih Allah SWT. Ini
bererti kita sudah memasuki sepertiga terakhir Ramadan yang menandakan Ramadan
akan melambaikan salam perpisahannya dalam beberapa hari yang pendek.
Hari-hari ini dirasakan pendek oleh
para Solehin kerana mereka begitu yakin dengan ketinggian nilai dan keistimewaan
hari-hari ini yang menyebabkan mereka seolah-olah merasa tidak mencukupi dengan
saki-baki minit dan jam yang ada.
Begitu banyak amal bakti yang belum
sempurna dipersembahkan ke hadrat ilahi. Masih banyak bukti pengabdian yang
belum sempurna dipersembahkan ke hadapan-Nya.
Di suatu sudut lain, sebahagian
orang pula merasakan hari-hari ini begitu pendek kerana pelbagai kesibukan
duniawi apabila mengenangkan Hari Raya yang menjelang tiba.
Pelbagai persiapan pakaian, rumah
dan juadah yang hendak disempurnakan. Masih banyak urusan kerja dan perniagaan
berkaitan Ramadan dan Aidil Fitri yang belum selesai.
Jika tidak berwaspada, sinar
hari-hari terakhir Ramadan ini mudah pudar dan tenggelam dalam keriuhan ambang
Syawal sedangkan sepertiga terakhir Ramadan inilah merupakan peringkat
terpenting dalam madrasah Ramadan yang sedang kita lalui ini.
Keutamaan lailatul qadar
Keutamaan utama hari-hari terakhir
Ramadan ini berputar sekitar pemburuan mendapatkan keutamaan lailatul qadar. Satu
malam gilang-gemilang yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Malam yang begitu
agung dalam kerajaan langit sehingga diabadikan dalam suatu surah al-Quran yang
khusus untuk mengisytiharkan keistimewaannya iaitu surah al-Qadr.
Bagi mereka yang sentiasa
menjadikan urusan amal ibadah sebagai tumpuan perhatian dan kebimbangan mereka,
inilah satu tawaran istimewa daripada Allah SWT yang ‘haram’ dilepaskan. Sangat
malanglah bagi seorang hamba yang dikurniakan hadiah begitu berharga daripada
Tuhannya sendiri tetapi tidak mengendahkannya atau tidak menerimanya dengan
baik.
Benarlah pesan Rasulullah SAW
bahawa, “Sesiapa yang diharamkan mendapat kebaikan malam itu maka sesungguhnya
dia telah diharamkan. (daripada mendapat segala kebaikan)”.
Memang lailatul qadar adalah suatu
hadiah atau anugerah bagi umat ini. Para ulama meriwayatkan pelbagai riwayat
bagaimana lailatul qadar dianugerahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW kerana
mengambil kira jangka hayat umat ini yang jauh lebih pendek berbanding umur
umat sebahagian nabi-nabi terdahulu.
Dengan beramal-ibadah pada malam
ini barulah boleh kita menyaingi kuantiti ibadah umat-umat yang dikurniakan
umur yang jauh lebih panjang.
Harus diinsafi bahawa sebagai suatu
urusan ibadah, kelebihan utama lailatul qadar bukan terbatas kepada sifir 1,000
bulan yang begitu sinonim dengan malam tersebut.
Dalam mana-mana urusan ibadah nilai
utama sesuatu amalan tetap tergantung kepada rahmat dan kasih Tuhan yang
menjadi tumpuan sesuatu amalan tersebut.
Oleh itu memburu lailatul qadar
bukan bererti kita sekadar mengejar gandaan seribu bulan itu tetapi yang lebih
penting, berusaha mencarinya bererti kita bersungguh-sungguh untuk menyambut
dan meraikan suatu bukti kasih dan rahmat Allah SWT kepada kita.Mendapatkan
lailatul qadar Sesuai sebagai anugerah yang begitu bernilai dan berharga,
lailatul qadar tidaklah sampai begitu mudah diperolehi oleh sesiapa sahaja
tanpa perlu berusaha.
Walaupun kita mewarisi pelbagai
panduan dan petua daripada Rasulullah SAW sendiri dan para ulama pewaris
Baginda SAW tentang mengenalpasti malam lailatul qadar, masih tidak ada satu
kesepakatan tentang bilakah sebenarnya jatuhnya malam itu.
Akhirnya, bolehlah disimpulkan
bahawa peluang untuk mendapatkannya adalah lebih cerah bagi mereka yang
menghidupkan malam-malam yang ganjil dari 10 malam yang terakhir, sangat cerah
bagi mereka yang menghidupkan kesemua malam terakhir dan paling terjamin bagi
mereka yang menghidupkan kesemua malam-malam Ramadan.
Juga harus diingat, para ulama
turut berpandangan bahawa siangnya lailatul qadar juga perlu diisi dengan amal
ibadah sama seperti malamnya.
Sesuai sebagai tanda rahmat dan
pemberian Tuhan, lailatul qadar tidaklah pula terlalu sukar dan terlalu jauh
dari capaian kita. Ia ditentukan jatuh di dalam bulan Ramadan.
Bulan Ramadan adalah bulan ibadah
umat ini yang mana rata-ratanya malam-malam Ramadan adalah malam-malam yang
lebih baik pengisian ibadahnya bagi kita semua.
Walaupun sebahagian ulama
berpandangan bahawa kelebihan lailatul qadar dicapai dengan menghidupkan sebahagian
besar malam itu, sebahagian ulama meriwayatkan bahawa untuk syarat minimum
untuk mendapatkan sebahagian laba malam ini bukannya terlalu sukar.
Imam Malik dalam kitabnya
al-Muwatto’ misalnya, meriwayatkan pandangan Ibnul Musayyib bahawa, “Sesiapa
yang mengerjakan solat Isyak pada malam lailatul qadar secara berjemaah, maka
sesungguhnya dia telah mendapat laba / bahagian daripadanya (lailatul qadar)”.
Pandangan-pandangan yang lebih
ringan ini meletakkan syarat mendapatkan lailatul qadar pada menjaga
solat-solat fardu pada malam tersebut.
Jika pandangan ini yang kita ambil
nescaya mendapatkan lailatul qadar bukannya terlalu sukar dan boleh diusahakan
oleh semua orang. Tetapi Tuhan itu Maha Adil, hakikatnya, mereka yang biasa
lalai tetap akan lalai dan gagal hatta untuk menjaga solat-solat fardu ini
walaupun di malam-malam akhir Ramadan.
Semoga Allah menjauhkan diri kita
dan mereka yang bersama kita daripada tergolong dalam golongan yang lalai.
Zikir dan doa yang diajarkan oleh
nabi SAW untuk lailatul qadar juga cukup pendek mampu diamalkan oleh semua
orang. Maka marilah kita memperbanyakkan doa ini di hari-hari ini, Allahumma
innaka ‘Afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘nniy yang maksudnya, “Ya Allah!
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun , sukakan keampunan maka ampunilah aku”.
Walaupun pintu untuk kita
menghayati lailatul qadar melalui ibadah khusus lebih terbuka di bulan Ramadan
dengan budaya dan suasananya yang tersendiri, ini tidak menafikan hakikat
luasnya makna dan bentuk ibadah dalam Islam.
Mereka yang terpaksa menyelesaikan
tugasan dan kerja mereka yang tidak bercanggah dengan agama dan dalam kadar
yang sesuai dengan bulan Ramadan ini, tetap boleh meniatkan kerja-kerja mereka
sebagai sebahagian daripada usaha mereka untuk mendapatkan dan menghayati lailatul
qadar. Menghantar Pulang Tetamu Agung
Ramadan, tetamu agung yang setia
datang berkunjung setiap tahun tetap akan pergi meninggalkan kita sedikit masa
lagi
.
Mereka yang benar-benar menghayati
dan mendapat faedah dari kedatangan Ramadan dengan menikmati kemanisan iman dan
peningkatan takwa yang datang bersamanya sudah tentu menghadapi saat-saat
perpisahan ini dengan penuh kesedihan berbaur kebimbangan dan pengharapan.
Sedih mengenangkan perpisahan
dengan bulan yang dikasihi ini. Bimbang adakah amalan diterima dengan tahap
penghayatan yang tidak seberapa. Berharap agar dosa-dosa diampunkan,
dikembalikan kepada fitrah serta berharap agar bertemu lagi dengan Ramadan yang
akan datang.
Inilah sikap yang diriwayatkan
daripada sebahagian para salaf. Mereka berdoa kepada Allah SWT selama enam
bulan agar dipertemukan dengan Ramadan. Setelah itu mereka berdoa pula selam
enam bulan berikutnya agar Allah SWT menerima amalan mereka di bulan Ramadan
yang berlalu.
Semoga Allah mengurniakan kita
himmah yang tinggi dalam beragama seumpama mereka. Marilah kita menghantar
pulang Ramadan kali ini hingga ke ‘hujung desa’. Ibarat menjamah juadah yang
paling kita gemari, janganlah kita tinggalkan Ramadan kali ini bersisa
sedikitpun.
Ibarat suatu perlumbaan marathon
yang kita sertai, apalah gunanya kita hebat di peringkat awal larian hanya
untuk lemah-lesu ketika menuju garisan penamat. Marilah kita rebut setiap
ketika yang berbaki di bulan Ramadan kali ini dan mengisinya dengan sebaik
mungkin.
Sesungguhnya La hawla wala quwwata
illa billah al-’Aliyyil ‘Adzim yang maksudnya, “Tiada daya (menghindari
maksiat) dan tiada kekuatan (melakukan ketaatan) melainkan dengan izin Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Malam Lailatul Qadar
Banyak riwayat penjelasan mengenai
malam mulia ini sbgbr saya sebutkan beberapa riwayat :
Malam lailatulqadar adalah malam 27 ramadhan, yg mana keesokan harinya matahari terbit namun tidak bersinar(tertutup awan tipis). (Shahih Muslim hadits no.762).
Malam lailatulqadar adalah malam 27 ramadhan, yg mana keesokan harinya matahari terbit namun tidak bersinar(tertutup awan tipis). (Shahih Muslim hadits no.762).
Malam lailatulgadar adalah 7 malam
terakhir di bulan ramadhan (Shahih Muslim hadits no.1165).
malam lailatulqadar adalah sepuluh
hari terakhir di malam ganjilnya (Shahih Muslim hadits no.1165)
dan masih banyak lagi riwayat
lainnya yg menyifatkan malam mulia ini, siapapun Ummat Muhammad saw bisa
mendapatkannya, namun kembali kepada diri mereka sendiri maukah mereka
mendapatkannya dengan banyak berdzikir di malam hari, mneinggalkan televisinya
dan kesibukan dunianya di malam malam mulia itu.
Sumber Majelis Rasulullah Habib
Munzir Al Musawwa Mengenai malam lailatulqadr, itu tidak bisa dipastikan kapan
munculnya, perlu saya jelaskan bahwa Lailatulqadr adalah salah satu malam
dibulan Ramadhan yg sangat mulia, beda dari malam malam lainnya.
jadi bila kita beribadah setiap malam saja niscaya dapatlah salah satunya adalah lailatulqadr,
Lailatulqadr itu adalah kemuliaan sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar.
jadi bila kita beribadah setiap malam saja niscaya dapatlah salah satunya adalah lailatulqadr,
Lailatulqadr itu adalah kemuliaan sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar.
sebagaimana Firman Nya
“KESEJAHTERAAN PADANYA (malam itu) HINGGA TERBITNYA FAJAR”. (QS Al Qadr).
jadi bukan suatu saat tertentu,
tapi suatu malam tertentu, maka siapa saja yg beribadah di malam itu dihitung
ibadah 1000 bulan.maka untuk memastikan kita mendapat lailatulqadr maka kita
beribadah setiap malam, misalnya tarawih, tambah istighfar misalnya 1000X, atau
alqur’an, maka pastilah salah satunya mengenai malam lailatulqqadr.
namun di malam lailatulqadr itu ada
yg disebut SA’ATUL IJAABAH, suatu saat yg cuma beberapa detik saja, yg
barangsiapa berdoa saat itu pastilah dikabulkan Allah swt, saat2 mulia itu ada
juga di setiap hari jumat, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari.
siapapun bisa mendapatkan kemuliaan
Lailatulqadr, namun tentunya Ummat Muhammad saw yg rajin beribadah di malam
ramadhan.
Sumber Majelis Rasulullah Habib
Munzir Al Musawwa
LAYLATUL QADAR
Sabda Rasulullah saw : temuilah
Lailatulqadr pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan” (Shahih Bukhari)
maka ada riwayat yg menyebut malam ganjil, dan ada yg tidak menyebut malam ganjil, dan kedua riwayat itu kesemuanya shahih, dan teriwayatkan pada shahih Bukhari . Sumber Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa
maka ada riwayat yg menyebut malam ganjil, dan ada yg tidak menyebut malam ganjil, dan kedua riwayat itu kesemuanya shahih, dan teriwayatkan pada shahih Bukhari . Sumber Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa
Mengenai lailatulqadar diberikan untuk seluruh ummat beliau saw, mereka yg ibadah di malam itu maka dikalikan pahalanya seakan melakukannya setiap malam selama 1000 bulan, misalnya kita tarawih dimalam itu 23 rakaat, maka dihitung pahala shalat malam selama tiap malam selama 1000 bulan, maka beruntunglah yg banyak beribadah dimalam itu, maka semua ummat mendapatkannya, namun tergantung sedikit banyaknya mereka ibadah di malam itu. Sumber Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa
Lailatul Qadar adalah sepanjang malam sejak terbenamnya matahari di malam itu hingga terbitnya fajar, sebagaimana firman Allah swt pada surat Alqadr : “Kesejahteraan dimalam itu hingga terbitnya fajar” (QS Al Qadr)maka siapa saja yg beribadah dimalam itu maka ia mendapat pahala ibadahnya 1000 bulan, misal ia shalat tarawih dimalam itu maka ia mendapat pahala tarawih tiap malam selama 1000 bulan, mereka yg tobat pada Allah di malam itu maka ia mendapat pahala tobat setiap malam selama 1000 bulan, Sumber Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa AYLATUL QADAR
No comments:
Post a Comment