Wednesday, March 1, 2017

Bab: Iman, Islam Dan Ihsan




Dari -Imam An-Nawawi-

BabIman, Islam Dan Ihsan

Umar berkata.. ketika kami tengah berada didalam majlis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba ternampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun diantara kami yang mengenalinya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata

" Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam
" Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahawa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan solat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.

" Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun hairan, ia bertanya lalu membenarkannya

“ Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir ( qada dan qadar ) yang baik mahu pun yang buruk"

“ Orang tadi berkata," Engkau benar"
“ Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan"

Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu."

“ Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat"
Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya."

Selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya"
Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlumba-lumba mendirikan bangunan."

Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui"
Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"  

Penjelasan:

Hadis ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari'at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadis ini menjadi induk ilmu sunnah.

Hadis ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, kerana jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu.

Kalimat " Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad....." adalah riwayat yang masyhur. Nasa'i meriwayatkan dengan kalimat, "Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah...." Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya.

Dari hadis ini difahami bahawa islam dan iman adalah dua hal yang berbeza, baik secara bahasa mahu pun syari'at. Namun terkadang, dalam pengertian syari'at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.

Kalimat, "Kami hairan, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya" mereka para shahabat Rasulullah saw menjadi hairan atas kejadian tersebut, kerana orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang hairan dengan kejadian itu.

Kalimat, "Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya...." Iman kepada Allah iaitu mengakui bahawa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala keparluan makhluk-Nya, tidak ada yang setara ( sama ) dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai dengan keinginan-Nya.

Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahawa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.

Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahawa mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeza-bezakan.

Iman kepada hari Akhirat , maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jambatan antara syurga dan neraka, serta adanya Syurga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur'an dan Hadis Rosululloh.

Iman kepada takdir iaitu mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah..  dalam al Quran Surah. Ash-Shaffaat : ayat 96,

Surat Ash Shaffat Ayat 96



"Allah menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu"

Dan didalam Surah. Al-Qamar : ayat 49,
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1yVpyXozh1iK_wxO4tgD9_qPHe-G12-2r9UeKoXDbKgYZXfthHiUmflpi2dHkSRJdQd6Ch0KJ44EdI_9QfPoRn-k8FI0nzlDA35ideiO09GsBESZGD0FLeorn68qCevfSuhQP72_dshw/s1600/54_49.png



 "Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu"

dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadis Rasulullah, Dari Ibnu Abbas, "Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah tetapkan pada dirimu.
Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan suatu yang membahayakan dirimu, nescaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran telah kering"

Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikit pun ada rasa keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.

Kalimat, "Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya...." Pada pokoknya merujuk pada kekhusyukkan dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.

Kalimat, "Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda Baginda: Budak perempuan melahirkan anak tuannya" maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan kerana kedudukan bapaknya.

Hal ini menjadi sebahagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahawa itu menunjukkan kerosakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disedarinya.

Hadis ini juga menyatakan adanya larangan berlumba-lumba membangun bangunan yang sama sekali tidak diparlukan. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah," Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan"

Kalimat, "Penggembala Domba" secara khusus disebutkan kerana merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeza dengan para pemilik unta yang umumnya orang terhormat.

Kalimat, "Saya tetap tinggal beberapa lama" maksudnya Umar  tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rasulullah saw.

Kalimat, "Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu" maksudnya mengajarkan pokok-pokok agama mu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim.

Isi hadis ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Takdir Allah Subhanahu Wa Ta'ala… firman Allah swt
Surat Al-Fath Ayat 4




Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, ( Sesungguhnya keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, )
 QS. Al-Fath : ayat  4,

"Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya". Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahawa ibnu Abu Mulaikah berkata, "Aku temukan ada 30 orang sahabat Rasulullah yang kuatir ada sifat kemunafikan dalam dirinya.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mengatakan bahawa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail 'alaihimus salaam"

Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan.

Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu.

Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadis Rasulullah, "Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman" maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.

Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, syaikh Abu 'Umar berkata, "kata iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeza.

Setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin" ia berkata, "pernyataan seperti ini sesuai dengan kebenaran" Keterangan-keterangan Al-Qur'an dan Assunnah berkenaan dengan iman dan islam sering tidak difahami ( keliru ) oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadis dan lain-lain..


TAUHID DAN PENGERTIAN: IMAN, ISLAM DAN IHSAN

A.   Pengertian IMAN , ISLAM DAN IHSAN

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi atau penghambaan yang penuh dengan tatacara beribadah hanya kerana Allah SWT.

Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan menjadi sia-sia. Ada tiga perkara yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain dan sangat perlu untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga perkara atau cabang dasar yang menjadikan kesempurnaan ibadah seorang hamba disisi tuhannya ialah:-  Iman, Islam, dan Ihsan.

Seseorang dikatakan beriman jika mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qada’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan segala larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada niatnya segala yang diperbuat lillahita’ala .

Oleh itu,betapa pentingnya kita memahami tiga perkara cabang tersebut ( Iman,Islam dan Ihsan ) seperti apa itu iman, islam dan ihsan, mengetahui rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman mahu pun islam, serta intipati antara ketiga perkara tersebut.

B.  Persoalan dan rumusan perkara cabang tersebut..

1.   Bagaimana pengertian Iman, Islam, dan Ihsan?
2.   Bagaimana Rukun-rukun Iman dan Islam?
3.   Bagaimana tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam dan pencapaian muhsin?
4.   Bagaimana Korelasi antara Iman, Islam, dan Ihsan?

A.  Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan

1.   Pengertian Iman
Iman adalah kepercayaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.Syahadatain (dua persaksian: bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah) merupakan suatu pernyataan sebagai kunci dalam memasuki gerbang Islam. Pernyataan bahwa hanya Allah (Yang Esa) satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, merupakan pokok ajaran yang menjadi misi segala Nabi yang pernah diutus oleh Allah ke bumi di sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari

Iman itu perkataan dan perbuatan, iaitu perkataan hati dan lisan, dan perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Ia bertambah kerana ketaatan dan berkurang kerana maksiat, dan orang yang beriman itu bertingkat keimanannya.

Quran, Surah Al-Hujurat, Ayat 7Firman Allah







Dan ketahuilah oleh mu bahawa di kalangan kamu ada Rasulullah.jika kamu menuruti kemahuan mu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus ( surah al-,hujurat: ayat  7 )

Perkataan dan perbuatan adalah makna syahadatain (persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah), yang seseorang tidak sah memeluk agama Islam tanpa dua kalimat syahadah ini. Ia merupakan amalan hati dengan mengitikadkannya dan amalan lisan dengan mengucapkannya dengan segala kesungguhan . Firman Allah, dalam surah al- Baqarah: 143)
Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 143










Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sesungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan mensia-nsiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (al- Baqarah: 143)

Yang dimaksudkan oleh “iman mu” dalam ayat ini adalah solat yang dilaksanakan dengan menghadap keBaitul Maqdis sebelum diciptakannya perubahan kiblat kepada baitullah (Kaabah) yang ada sekarang  Di sini, solat secara keseluruhan disebut iman, kerana solat menghimpun perbuatan hati, lisan, dan anggota badan.
Nabi Muhammad SAW juga menjadikan jihad, ibadah lailatul qadar, puasa Ramadhan, shalat tarawih, dan shalat lima waktu sebagai iman. Ketika beliau ditanya tentang amalan yang paling utama, beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasul-Nya.”

Berikut ini dalil yang menunjukkan bertambah dan berkurangnya iman seseorang ..
Firman Allah swt dlm surah al fath ayat 4
Surat Al-Fath Ayat 4





Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana      (al-Fath: 4)
Dan juga dalam surah al- kahfi ayat 13                                                                                 
Quran, Surah Al-Kahf, Ayat 13





Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan benar; sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahi mereka dengan hidayah petunjuk.
Serta juga dalam surah at taubah ayat 124 .. firmanNya
Quran, Surah At-Tauba, Ayat 124






Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira “

2.   Pengertian Islam

Secara dasarnya kata Islam berasal dari Bahasa Arab diambil dari kata “salima” yang berarti selamat sejahtera. Dari kata itu dibentuk kata “aslama” yang berarti menyerah, tunduk, patuh, dan taat.  Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam. Sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk islam dinamakan Muslim. Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang berarti damai. Kerana seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Penyebutan orang-orang Barat terhadap Islam sebagai Moehammedanism dan Moehamadan, bukan saja tidak tepat tetapi salah secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985: 55).
Istilah ini mengandung arti Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana perkataan Kristian dan Kekristianan yang mengadung arti pemujaan terhadap Kristus.

Islam artinya penyerahan diri kepada Allah, tuhan yang Maha Kuasa, Maha Perkasa, dan Maha Esa. Penyerahan itu diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan untuk menerima dan melakukan apa saja perintah dan larangan-Nya. Tunduk pada aturan dan undang-undang yang diturunkan kepada manusia melalui hamba pilihan-Nya (para rasul). Aturan dan undang-undang yang dibuat oleh Allah itu dikenal dengan istilah “Syari’ah”. 

Kadang-kadang syari’ah itu disebut juga din (agama). Innaddina ‘indallahi al-islam (sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam ) kerana memang agama di sisi Allah ialah penyerahan yang sesunggguhnya kepada Allah. Maka walaupun seseorang mangaku memeluk agama Islam, kalau tidak menyerah yang sesungguhnya kepada Allah, tidak mahu mematuhi suruhan dan larangannya, belumlah dia disebut Islam sebenar.

Dengan memasuki Islam seseorang akan selamat, damai, dan sentosa dalam kehidupan yang seimbang lahir dan batin, dunia dan akhirat. Islam memang mempunyai arti (selamat, damai, dan sentosa), suatu agama yang diturunkan oleh Allah kepada segenap nabi dan rasul-Nya.

Allah jua menegaskan bahawa siapa saja yang memeluk agama selain Islam tidak akan diterima kerana itu tentulah para nabi membawa dan memeluk agama ini, kerana Islam memang diperuntukkan bagi segenap manusia. Ajaran Islam itu, oleh kerananya merata, mengatur manusia dalam segala seginya, bukan semata mata mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya (alam semesta).

     3.  Pengertian Ihsan

Ihsan, menurut kamus berasal dari kata: ahsana-yuhsinu-ihsan berarti, baik, bagus, kebajikan atau soleh. Menurut makna istilah, seperti dikemukakan dalam hadis nabi di permulaan tulisan ialah: “engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”

      B. Rukun-rukun Iman dan Islam

Rukun Iman
      a.  Iman Kepada Allah
Yakni beriman kepada rububiyyah Allah Swt, maksudnya : Allah adalah Tuhan, Pencipta, Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Beriman kepada uluhiyyah Allah Swt, maksudnya: Allah sajalah tuhan yang berhak di sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil, iman kepada Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahawa sanya Allah Swt, memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.

      b. Iman Kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas,
Diantaranya adalah : Jibril tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil meniup sangsakala di hari kiamat, Izrail (malaikat maut), Raqib , Atit, mencatat amal perbutan manusia, Malik menjaga neraka, Ridwan menjaga syurga, dan malaikat-malaikat yang lain yang hanya Allah Swt yang dapat mengetahuinya.

      c.  Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandungi petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, , Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa dan Al-quran diturunkan Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw. Allah telah menjamin untuk menjaga dan memeliharanya, kerana ia akan menjadi hujjah atas semua makhluk,hingga hari kiamat.

     d.  Iman Kepada Rasul Allah
Allah telah mengutus kepada makhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nabi Nuh . Nabi Ibrahim , Nabi Salleh , Nabi Musa, Nabi Sulaiman , Nabi Daud , Nabi Isa dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan yang mempunyai mukjizat... Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia, maka tidak ada nabi sesudahnya.
    
     e.  Iman Kepada Hari Akhir
Hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian syurga atau neraka.

      f.  Iman Kepada Qada’ dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar Allah adalah salah satu sendi akidah Islam. Dalam pembicaraan sehari-hari disingkat dengan sebutan takdir (taqdir). Berbicara tentang takdir Allah memang bukan sesuatu yang mudah. Sebab yang kita bicarakan langsung bersangkut kehendak Tuhan terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Beriman kepada qada dan qadar Allah adalah rukun keenam dari rukun iman. Sebagaimana dalam jawapan Rasulullah ketika ditanya oleh Jibril tentang iman, beliau bersabda:

“Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada qada-Nya, yang baik mahu pun yang buruk.” (HR.Buhkari dan Muslim)
Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 65 yang artinya
Quran, Surah An-Naml, Ayat 65





Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan

Rukun Islam
A.  Dua  Kalimat Syahadah
Dua kalimat syahadat itu adalah laksana anak kunci yang dengannya manusia masuk ke dalam alam keselamatan (Islam). Sebagaimana keterangan Hadis Nabi : “dari Mu’az berkata, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: barangsiapa yang akhir katanya laa ilaaha illallaah, maka dia pasti masuk surga.”

Kalimat “laa ilaaha illallah” tersusun dalam bentuk dimulai dengan peniadaan, yaitu tiada tuhan, baru kemudian disusul dengan suatu penegasan : “melaikan Allah!”.
Ini berarti bahawa seorang muslim dalam hidupnya harus membersihkan segala macam tuhan, kepercayaan, keyakinan, aqidah, dan lain-lain sebagainya lebih dahulu. Yang ada dalam kalbunya hanyalah satu tuhan, satu kepercayaan, satu keyakinan dan satu aqidah ialah hanya kepada Zat yang bernama Allah s.w.t.

      B.   Solat
Allah telah mensyari’atkan shalat 5 waktu setiap hari sebagai hubunganantara seorang muslim dengan Tuhannya. Didalamnya dia bermunajat dan berdo’a kepada-Nya, disamping agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi yang menunaikannya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran, baik cepat maupun lambat. Maka  dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat.
Solat terdiri dari :

1)  Solat wajib
     a)  Solat dzuhur
     b)  Solat ashar
     c)  Solat magrib
     d)  Solat Isya’
     e)  Solat subuh

2)  Solat sunnah.
     a)  Solat rawatib
     b)  Solat dhuha
     c)  Solat tahajjud
     d)  Solat witir
     e)  Solat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan
     f)   Solat 2 hari raya
     g)  Solat istiharah
     h)  Solat tasbih

C. Puasa
Puasa adalah salah satu Rukun Islam yang mulai disyariatkan pada tahun ke II Hijriah. Kata puasa berasal dari bahasa arab “ الصَّوْمُ ” yang berarti menahan (إمساك). Jadi, puasa menurut bahasa artinya “menahan”.

Puasa Adalah menahan dari sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus pada seluruh siang harinya..dan orang yang melakukan puasa yang berakal, dan suci dari haid dan nifas).Jadi, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari disertai niat dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan.
Sesuai firman Allah SWT : dalam surah al Baqarah ayat 187

Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 187..














Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa..  (Al-Baqarah : 187)

Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 183Adapun hukum melakukan 
puasa Ramadan adalah Wajib/Fardlu ‘Ain,  sesuai firman Allah SWT

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.” (Qs. Al-Baqarah : 183).
Puasa itu ada macam-macam

1)      Puasa wajib
         a)      Puasa Ramadhan
         b)      Puasa Nazar
         c)      Puasa Kafarat

2)      Puasa sunnah
         a)      Puasa 6 hari pada bulan syawal
         b)      Puasa hari asyura
         c)      Puasa pada hari arafah
         d)      Puasa pada bulan sya’ban
         e)      Puasa daud
         f)      Puasa senin-kamis

3)      Puasa makruh
         a)      Puasa syak
         b)      Puasa pada hari-hari pertengahan bulan sya’ban

4)      Puasa haram
         a)      Puasa pada 2 hari raya
         b)      Puasa pada hari tasyrik
         c)      Puasa sepanjang masa
         d)      Puasa wishal
         e)      Puasa khusus hari jum’at

D.  Zakat
Menurut bahasa, “zakat” berasal dari kata zakatan-yuzakki-zakkaartinya tumbuh, suci, atau berkah. Menurut istilah Zakat adalah memberikan harta dengan kadar tertentu kepada yang berhak sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Firman Allah yang memerintahkan kewajipan zakat  seperti dalam surah. An-Nisa ayat 77:

واقيموا الصلواة واتوا االزكوة
Artinya: “… dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat

Macam-macam zakat:
1)  Zakat fitrah

2)  Zakat Maal ( Harta )
           a)  Zakat Emas, perak dan wang
           b)  Zakat Perniagaan
           c)  Zakat Pertanian
           d)  Zakat Haiwan ternakan
           e)  Zakat Hasil pendapatan
           f)  Zakat Barang temuan ( harta karun )

       E.  Haji

Rukun Islam yang ke-5 adalah menunaikan ibadah haji. Setiap orang Islam wajib menunaikan ibadah haji bila mampu, dan dalam seumur hidupnya hanya dilakukan sekali. Jika seseorang tidak menunaikan ibadah haji sedangkan ia mamapu, maka ia bukanlah termasuk orang Islam.
Pengertian haji menurut bahasa adalah القصد artinya menyengaja. Sedangkan menurut istilah haji adalah mengunjungi makkah ( Kaa’bah) untuk mengerjakan ibadah yang terdiri dari thawaf, sa’I, wuquf, dan ibadah-ibadah lain sesuai dengan ketentuan haji, guna memenuhi perintah Allah dan mengharap keridlaan-Nya.
Ibaah haji ini merupakan bahagian dari syari’at bagi umat-umat terdahulu, semenjak Nabi Ibrahim. Allah telah menyuruh Nabi Ibrahim a.s membangun Baitul Haram dimakkah, agar orang-orang thawaf di sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika thawaf itu.

      Tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam dan pencapaian muhsin

1.  Tingkatan iman  Dalam iman terdapat 5 tingkatan iaitu 
Pertama disebut dengan ilathitsu
Kedua disebut dengan iman ma’sum,
Ketiga disebut dengan makbul,
Ke empat disebut iman maohuf,
Kelima disebut dengan iman mardud.

a)  Tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu, yaitu iman yang dimiliki oleh para
      malaikat, dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan tidak pula bertambah
b)  Tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum yaitu iman yang dimiliki oleh para
      Nabi dan Rasul Allah WST. Dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan   
      selalu bertambah ketika wahyu datang kepadaNya.
c)   Tingkatan iman ketiga disebut dengan makbul yaitu iman yang dimiliki oleh muslim
      dimana iman pada tingkatan ini selalu bertambah jika mengerjakan amal kebaikan
      dan akan berkurang jika melakukan maksiat.
d)   Tingkatan iman yang keempat disebut iman maohuf iaitu iman yang dimiliki oleh ahli bid’ah 
       ia iman yang ditangguhkan dimana jika berhenti melakukan bid’ah maka iman akan
       diterima,diantaranya kaum rafidhoh, atau dukun, sihir, dan sejenisnya.
e)   Tingkatan iman yang kelima disebut dengan iman mardud, iaitu iman yang ditolak, dimana
       iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musyrik, murtad, munafik, kafir, dan sejenisnya.

 2.   Tingatan Islam
 a)   Islam muslim
 b)   Muslim, adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti orang Islam atau orang yang
       patuh dan tunduk menurut perintah Allah SWT.
 c)   Kata Muslim berasal dari kata salima yaslamu yang berarti selamat,   
       sentosa  atau aslama yang berarti tunduk patuh atau beragamaIslam. Sehingga 
       orang Muslim berarti orang yang patuh, taat dan berserah diri kepada sang penciptaNYA.
 d)  Dari akar kata yang sama, lahir pula kata salam atau salama yang artinya memberi salam
       atau menyelamatkan. Orang yang mengucapkan salam berarti mendoakan orang lain agar
       selamat.
 e)   Islam kaffah  Ajakan untuk menjadi mu’min yang kãffah didengungkan Allah melalui  
       surat  Al-Baqarah ayat  208:
Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 208





“Hai orang-orang (yang mengaku) mu’min, masuklah kalian ke dalam Islam secarakãffah,   dalam arti janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian.”

Pengertian harfiah dari istilah kaffah adalah keseluruhan atau totalitas (totality). Dengan demikian, menjadi mu’min yang total. Dalam ayat di atas ada dua kata perintah udkhulu (masuklah kallian), dan yang kedua adalah kata as-silm(u) yang merupakan sinonim sari as-salam(u) yang artinya agama islam.
Dilihat dari asbabun nuzul ayat "udkhuluu fis silmi kaaffaah", Islam kaffah itu sebenarnya berkenaan dengan aqidah. Jangan menyembah Allah dengan setengah-setengah; kita dituntut untuk bertauhid dengan penuh totalitas. BerIslam secara kaffah itu artinya tidak sinkretisme: mencampurbaurkan berbagai ajaran agama.

Di luar persoalan aqidah, Islam kaffah itu masuk pada wilayah penafsiran. Contohnya, bagi mereka yang berpandangan bahwa Islam itu mewajibkan bentuk dan sistem ketatanegaraan tertentu, maka ber-Islam secara kaffah artinya mendukung dan berjuang untuk menegakkan sistem dan bentuk ketatanegaraan tsb.

Sebaliknya, bagi mereka yang bepandangan bahwa Islam tidak mewajibkan secara syar'i akan bentuk dan sistem ketatanegaraan tertentu, maka mereka tidak merasa berkurang ke-kaffah-an mereka dalam ber-Islam hanya karena tidak mendukung sistem dan bentuk ketatanegaraan tertentu.

Mereka berpandangan --sesuai dengan pemahaman mereka terhadap nash-- bahwa Islam hanya memberikan petunjuk akan prinsip-prinsip tertentu yang dapat digunakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuk dan sistem ketatanegaraan yang dipilih ummat tidaklah menjadi soal selama prinsip-prinsip tersebut terpenuhi.

3.      Mencapai muhsin  Allah berfirman,dalam surah al-Baqarah: ayat 195                                                                                                                     
Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 195
  




Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. ( al Baqarah 195 )

Juga dalam surah an-Nahl ayat 128 firmanNya..
Quran, Surah An-Nahl, Ayat 128



“sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat   
  kebaikan.” (an-Nahl: 128)

Dan Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu.” (HR Ahmad, Muslim, Imam Empat)

Di dalam sebuah hadits diceritakan dialog Nabi Muhammad SAW, dengan malaikat Jibril. Jibril berkata kepada beliau, “terangkan aku tentang ihsan!” Lalu beliau menjawab,
“Iaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka engkau yakin benarlah bahwa Allah melihatnu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam hadis tersebut bahawa iman itu mempunyai 2 tingkat. Tingkat yang tertinggi ialah:-

Pertama.. Beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Ini disebut maqam (kedudukan) musyahadah, iaitu si hamba beramal menurut tuntutan penyaksiannya kepada Allah swt dengan kalbunya, hatinya disinari oleh iman dan mata hatinya menembus pengetahuan sehingga jadilah yang gaib itu seperti kenyataan. Dan inilah hakikat maqam ihsan.

Kedua, maqam muraqabah, ialah si hamba melakukan ibadah dengan merasa diawasi oleh Allah serta ia selalu merasa dekat dengan-Nya. Bila perasaan si hamba dalam melakukan semua amal adalah seperti itu, dan dia beramal dengan perasaan seperti itu, maka amalnya akan tulus kerana Allah. Perasaan hati yang demikian akan mencegahnya berpaling kepada selain Allah. Para ahli kedua maqam ini memiliki tingkat berbeza-beza,sebab sesuai dengan ketajaman hatinya

Adapun tiga tingkatan iman tersebut adalah sebagai berikut:
      1.      Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajad yang berbeda-beda.
      2.      Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-beda.
      3.      Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang berbeda-beda.

Tingkat taqwa

Tingkat taqwa adalah tingkatan dimana seluruh darjatnya dihuni oleh mereka yang masuk golongan Al-muttaqin, sesuai dengan darjad ketaqwaan masing-masing.
Taqwa akan menjadi sempurna dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi serta meninggalkan segala apa yang dilarangNya, ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah sahaja dapat mengakibatkan rasa sangsi, dan melakukan salah satu laranganNya sahaja adalah berdosa. Dengan demikian puncak taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya.

Namun ada satu perkara yang harus difahami dengan benar, iaitu bahawa Allah swt. Maha mengetahui keadaan hambaNya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh kerana itu Allah membuat satu cara penghapusan dosa, iaitu dengan cara bertaubat untuk pengampunan.

Melalui perkara tersebut, Allah akan mengampuni hambaNya yang berdosa kerana kelalaiannya dari menunaikan hak taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik peringkat puncak taqwa, boleh jadi ia akan naik pada peringkat bir atau ihsan. Peringkat ini disebut martabat taqwa, kerana amalan yang ada pada darjat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun darjat yang paling rendah dari peringkat ini adalah darjat dimana seseorang  menjaga dirinya dari ia kekal dalam neraka, iaitu dengan iman yang benar dan diterima oleh Allah Swt.

Tingkat Al-bir
Peringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategoi Al-abror, hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt. hal ini dilakukan setelah mereka melakukan hal yang wajib, yakni yang ada pada peringkat At-taqwa.

Peringkat ini disebut derajat Al-bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuai sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang di haramkanNya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.

Akan tetapi mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam tingkatan Al-bir, kecuali mereka telah melaksanakan peringkat yang pertama, yaitu peringkat taqwa. Kerana melaksanakan hal yang pertama menjadi syarat mutlak untuk naik keperingkat yang selanjutnya.  Dengan demikian,barang siapa yang mengklaim dirinya telah melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani unsure-unsur kaidaah iman dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan neraka , maka ia tidak dapat masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir).
Allah Swt. telah berfirman,dalam surah al Baqarah ayat 189
Quran, Surah Al-Baqarah, Ayat 189









Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (. Al-Baqarah: 189).
Allah Swt. Juga telah berfirman, dalam surah Ali-Imran: 193)
Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 193







Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbaut baik. ( al Baqarah 193 )

Tingkat ihsan..Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun, mereka adalah orang yang telah melewati tingkat pertama dan kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir). Ketika kita mencari pengertian ihsan dengan sempurna, maka kita akan dapat kesimpulan bahawa ihsan memiliki dua sisi iaitu :

Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur dalam beramal.
Kedua, ihsaan adalah sentiasa melakukan amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu adalah sesuatu yang diredaiNya dan dianjurkan untuk melaksanakannya.
Untuk dapat meningkatkan martabat ihsan dalam segala amal , ia hanya boleh dicapai melalui amalan wajib dan amalan sunnah yang dicintai oleh Allah Swt. serta dilakukan atas dasar mencari reda Allah Swt.

      Antara Iman, Islam, dan Ihsan
Pengartian Islam bermula dari sebuah hadis yang meriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dimuat dalam kitab sahihnya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril tentang tatacara ajaran Ilahi:

“Nabi Muhammad SAW keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya: “Haai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan iman?”
Beliau menjawab: “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi:

“apakah yang dimaksud dengan Islam?” beliau menjawab: “Islam adalah engaku menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “apakah yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad SAW menjawab: “engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engaku tidak melihat-Nya, maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu…”(Bukhari,).

Hadis di atas memberikan ide kepada umat Islam sunni tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha hadir dalam hidup. Sebenarnya, ketiga hal itu hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan.

Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak abash tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari situlah, Nurcholish Madjid (1994: 463) melihat iman, Islam, dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Ibnu Timiah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari tiga unsure, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Dalam tiga unsure itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang yang memulai dengan Islam, kemudian berkembang kea rah iman, dan memuncak dalam ihsan.
Rujukan Ibnu Taimiah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat al-Fathir ayat 32:
Quran, Surah Fatir, Ayat 32







Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri; dan di antara mereka ada yang pertengahan; dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah … ”

Di dalam al-Qur’an dan terjemahnya yang diterbitkan Departemen Agama menjelaskan sebagai berikut: pertama, “orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri” (fa minhum zalim li nafsih) adalah orang-orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya; kedua, “orang-orang pertengahan” (muqtashid) adalah orang-orang yang antara kebaikan dengan kejahatannya dan ketiga, “orang-orang yang lebih dulu berbuat kebaikan” (sabiq bi al-khairat) adalah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan jarang melakukan kesalahan.

Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiah menjelaskan sebagai berikut: pertama, orang-orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih melakukan perbuatan-perbuatan zaim, adalah orang yang baru ber-islam, suatu tingkat permulaan dalam kebenaran;

Kedua, orang yang menerima warisan kitab suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menengah, yaitu orang yang telah sedang-sedang saja; ketiga, perjalanan mukmin itu (yang telah terbatas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya sehingga ia menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikannya; maka ia mencapau derajat ihsan. “orang yang telah mencapai tingkat ihsan,”

Kata Ibnu Taimiah, “akan masuk syurga tanpa mengalami azab.”
Imam al-Syahrastani dalam kitabnya, al-milal wa al-hilal, menjelaskan bahawa Islam adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh kerana itu, baik mukmin mahu pun munafik adalah Muslim.
Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan menerima qada dan qadar. Integrasi antara Islam dan iman adalah kesempurnaan (al-Kamal). Atas dasar penjelasan itu, al-Syahrastani juga menunjukkan bahawa islam adalah mabda’ (pemula); iman adalah menengah (wasath); dan ihsan adalah kesempurnaan (al-kamal).

Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak boleh dipisahkan antara satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dangan cara ihsan, sebagai pendekatan diri kepada Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama menghimpunkan tiga cabang ilmu pengetahuan.

Rukun Islam berupa amalan lahiriyah diikuti dalam ilmu Fiqh, iaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriyah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bahagian dari ilmu Tasawuf.

      Kesimpulan
     
      Menurut Awaiyatu khairunnisa
Iman yang sebenarnya adalah hakikat yang tersusun daripada:
(1) Pemahaman tentang semua perkara yang dibawa oleh Rasulullah dari segi pengetahuan
(2) Pembenaran terhadap semua itu dalam bentuk akidah
(3) Pengakuan terhadap semua itu dalam bentuk ucapan (syahadah)
(4) Ketaatan terhadap semua itu dalam bentuk cinta dan ketundukan
(5) Pengamalan terhadap semua itu secara lahir dan batin
(6) Melaksanakan dan menyerukaan semua itu sesuai dengan kemampuan.

Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika telah mampu menunaikannya.


No comments:

Post a Comment