Hukum Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah wajib atas setiap muslim dan
muslimah. Berdasar hadits berikut, Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. telah memfardhukan (mewajibkan) zakat fitrah
satu sha’ tamar atau satu sha’ gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, baik
laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum Muslimin;
dan beliau menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat shalat
‘Idul Fitri.” (Muttafaqun ‘alaih :
Fathul Bari III :367 no:1503, Muslim II: 277 no:279/984 dan 986, Tirmidzi II :
92 dan 93 no: 670 dan 672, ‘Aunul Ma’bud V:4-5 no: 1595 dan 1596, Nasa’i V:45,
Ibnu Majah I: 584 no:1826 dan dalam Sunan Ibnu Majah ini tidak terdapat “WA
AMARA BIHA…”).
Hikmah Zakat Fitrah
Dari Ibnu Abbas r.a.
berkata, “Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan yang kotor, dan sebagai
makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum
(selesai) shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima (oleh Allah); dan
siapa saja yang mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah
biasa, (bukan zakat fitrah).” (Hasan : Shahihul Ibnu Majah no: 1480, Ibnu Majah
I: 585 no: 1827 dan ‘Aunul Ma’bud V: 3 no:1594).
Siapakah Yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
Yang wajib
mengeluarkan zakat fitrah ialah orang muslim yang merdeka yang sudah memiliki
makanan pokok melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya untuk sehari
semalam. Di samping itu, ia juga wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk
orang-orang yang menjadi tanggungannya, seperti isterinya, anak-anaknya,
pembantunya, (dan budaknya), bila mereka itu muslim.
Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw.
pernah memerintah (kita) agar mengeluarkan zakat untuk anak kecil dan orang
dewasa, untuk orang merdeka dan hamba sahaya dari kalangan orang-orang yang
kamu tanggung kebutuhan pokoknya.” (Shahih : Irwa-ul Ghalil no: 835, Daruquthni
II:141 no: 12 dan Baihaqi IV: 161).
Besarnya Zakat Fitrah
Setiap individu
wajib mengeluarkan zakat fitrah sebesar setengah sha’ gandum, atau satu sha’
kurma, atau satu sha’ kismis, atau satu sha’ gandum (jenis lain) atau satu sha’
susu kering, atau yang semisal dengan itu yang termasuk makanan pokok, misalnya
beras, jagung dan semisalnya yang termasuk makanan pokok.
Adapun bolehnya mengeluarkan zakat fitrah dengan
setengah sha’ gandum, didasarkan pada hadits dari ‘Urwah bin Zubair r.a., (ia bertutur), “Bahwa Asma’
binti Abu Bakar r.a. biasa mengeluarkan (zakat fitrah) pada masa Rasulullah
saw., untuk keluarganya yaitu orang yang merdeka di antara mereka dan hamba
sahaya – dua mud gandum, atau satu sha’ kurma kering dengan menggunakan mud
atau sha’ yang biasa mereka mengukur dengannya makanan pokok mereka.”
(ath-Thahawai II:43 dan lafadz ini baginya).
Adapun bolehnya mengeluarkan zakat fitrah satu sha’
selain gandum yang dimaksud di atas, mengacu kepada hadits dari Abu Sa’id
al-Khudri r.a. ia berkata, “Kami biasa mengeluarkan zakat fitrah satu sha’
makanan, atau satu sha’ gandum (jenis lain), atau satu sha’ kurma kering, atau
satu sha’ susu kering, atau satu sha’ kismis. (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari
III:371 no: 1506, Muslim II:678 no:985, Tirmizi II: 91 no :668, ‘Aunul Ma’bud
V:13 no:1601, Nasa’i V:51
dan Ibnu Majah I:585 no:1829).
Dalam Syarah Muslim
VII:60 Imam Nawawi menegaskan, “Menurut mayoritas fuqaha tidak boleh
mengeluarkan zakat fitrah dengan harganya (bukan berupa makanan pokok).”
Menurut hemat penulis sendiri, pendapat Imam Abu
Hanifah r.a. yang membolehkan mengeluarkan zakat dengan harganya tertolak,
karena ayat Qur’an mengatakan yang artinya, “Dan
Rabbmu tidak pernah lupa.” (Maryam :
64).
Andaikata mengeluarkan zakat fitrah dengan harganya
atau uang dibolehkan dan dianggap mewakili, sudah barang tentu Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya menjelaskannya. Oleh karena itu, kita wajib mencukupkan diri dengan
zhahir nash-nash syar’I, tanpa memalingkan (maknanya) dan tanpa pula memaksakan
diri untuk mentakwilkan.
Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Dari Ibnu Umar r.a.
ia berkata, “Rasulullah saw. pernah memerintah (kami) agar zakat fitrah
dikeluarkan sebelum orang-orang berangkat ke tempat shalat “Idul Fitri”.
(Takhrij haditsnya lihat pembahasan Hukum Zakat Fitrah, beberapa halaman
sebelumnya).
Bagi yang punya,
boleh mengeluarkan zakat fitrah satu atau dua hari sebelum ‘Idul Fitri. Sebab
ada riwayat dari Nafi’, berkata, “Adalah Ibnu Umar r.a. menyerahkan zakat
fitrah kepada orang-orang yang berhak menerimanya; dan kaum Muslim yang wajib
mengeluarkan zakat mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ‘Idul Fitri.”
(Shahih : Fathul Bari III:375 no:1511).
Haram menunda
pengeluaran zakat fitrah hingga di luar waktunya, tanpa adanya udzur syar’i.
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw. telah memfardhukan zakat fitrah
(atas kaum Muslimin) sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan
sia-sia dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka
barangsiapa yang mengeluarkannya seusai shalat ‘Idul Fitri’, maka dari itu
termasuk shadaqah biasa.” (Nash hadits ini sudah termaktub dalam pembahasan
Hikmah Zakat Fitrah).
Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Zakat Fitrah hanya dialokasikan kepada orang-orang
miskin saja. Ini didasarkan pada Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan melalui Ibnu
Abbas r.a., “Sebagai makanan bagi orang-orang miskin.” (Teks Arabnya termuat
dalam pembahasan Hikmah Zakat Fitrah).
Shadaqah Tathawwu’
Sangat dianjurkan memperbanyak shadaqah tathawwu’,
(shadaqah sunnah). Berdasar firman Allah SWT,“Perumpamaan (infak
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir; seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah:261).
Juga berdasarkan sabda Nabi saw., “Tidak ada suatu ketika segenap hamba berada di pagi hari
melainkan dua puluh malaikat akan turun lalu salah seorang di antara keduanya
berkata, Ya Allah berilah ganti kepada orang tersebut berinfak itu, dan yang
lain berdo’a (juga), Ya Allah berilah kerusakan kepada orang yang enggan
berinfak itu)." (Muttafaqun ‘alaih
: Fathul Bari III:304 no: 1442 dan Muslim II : 700 : 1010).
Dan orang yang paling utama memperoleh shadaqah
ialah keluarganya dan kerabatnya. Rasulullah saw. menegaskan, “Sedekah yang diberikan kepada orang miskin adalah berfungsi
sebagai shadaqah, sedang yang diberikan kepada kerabat (mempunyai) dua fungsi;
sebagai shadaqah dan sebagai silaturrahmi (penyambung hubungan rahim)."
(Shahih : Shahihul Jami’us Shaghir no : 3835 dan
Tirmidzi II: 84 no: 653).
Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi
al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 448 – 453.
No comments:
Post a Comment